Pernahkah anak Ayah Bunda terlihat susah fokus saat belajar? Atau mungkin sering menunda-nunda tugas, bahkan setelah diingatkan berkali-kali? Sebenarnya, hal ini dapat diatasi dengan mengajarkan anak self-regulation atau kemampuan mengatur diri. Kemampuan ini tidak hanya penting dalam belajar, tapi juga membantu anak mengelola emosi dan tetap fokus, agar mereka bisa menghadapi tantangan di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari
Tapi, apa sih sebenarnya self-regulation itu, dan kenapa Ayah Bunda perlu tahu tentang hal ini? Yuk, simak lebih lanjut pembahasannya di sini ya.
Apa Itu Self-Regulation?
Self-regulation adalah kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri, baik emosi, pikiran, maupun perilaku. Dalam hal belajar, dengan self regulation, anak bisa mengatur waktu belajar, tetap fokus meski ada gangguan, dan mengatasi perasaan frustrasi atau cemas saat menghadapi tantangan.
Menurut teori Self-Determination yang dikembangkan oleh psikolog Edward Deci dan Richard Ryan pada tahun 2000, anak yang bisa mengatur dirinya sendiri akan lebih mampu mencapai sukses, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sosialnya. Mereka belajar bukan karena dipaksa, tetapi karena mereka termotivasi dari dalam diri mereka sendiri.
Gambar di atas adalah gambaran dari self regulation. Dengan Amotivasi atau tidak adanya motivasi, maka anak akan berada pada zona yang nyaman. Mereka tidak akan mengerjakan tugas karena merasa terlalu sulit atau tidak yakin dapat menyelesaikannya.
Sementara anak dengan motivasi yang dikontrol secara eksternal baik parsial atau menyeluruh, berada pada zona takut. Pada zona ini, mereka mengerjakan tugas karena hukuman, motivasi, atau citra di mata orang lain.
Berbeda dengan motivasi lainnya, motivasi yang tertata (otonomi) berasal dari internal pribadi anak. Pada zona belajar, anak menyelesaikan tugasnya karena merasa tugas ini dibutuhkan untuk proses belajarnya. Pada zona tumbuh, anak menyelesaikan tugasnya karena merasa tugas ini adalah tantangan baginya dan dapat mendukungnya untuk mencapai cita-cita.
Baca juga: Manfaat Disiplin untuk Anak, Mengapa Harus Diajarkan
Mengapa Self-Regulation Itu Penting?
Self-regulation berdampak secara signifikan terhadap cara anak belajar dan mengelola berbagai tantangan. Nah, berikut adalah beberapa alasan mengapa self-regulation dinilai sangat penting:
1. Mengelola Emosi
Seringkali, anak akan merasa frustasi atau cemas ketika menghadapi tugas yang sulit. Anak yang memiliki kemampuan self-regulation dapat mengendalikan perasaan tersebut dan tetap fokus menyelesaikan tugas.
2. Menetapkan dan Mencapai Tujuan
Anak yang mampu mengatur dirinya akan bisa menetapkan tujuan belajar yang jelas dan mengetahui langkah apa saja yang harus diambil untuk mencapainya.
3. Rasa Tanggung Jawab
Anak yang menerapkan self-regulation akan merasa lebih bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka. Mereka tidak hanya menunggu perintah, tapi juga bisa mencari cara untuk menyelesaikan tugas secara mandiri.
4. Belajar dengan Lebih Mandiri
Anak yang terlatih dalam self-regulation akan bisa mengatur waktunya sendiri, menyelesaikan tugas tanpa harus selalu diawasi, dan lebih fokus pada hasil yang ingin dicapai.
Komponen Self-Regulation yang Perlu Diketahui
Dalam self-regulation, ada tiga komponen utama yang perlu diperhatikan, yang menurut Ryan dan Deci memengaruhi bagaimana anak mengelola diri mereka dalam belajar:
1. Motivasi Intrinsik
Anak yang memiliki motivasi intrinsik belajar karena mereka ingin tahu lebih banyak, bukan karena terpaksa atau mengharapkan hadiah. Motivasi ini membuat mereka lebih semangat dan tahan lama dalam belajar.
Baca juga: Highlight BINGKAI Vol 1: Tantangan Disiplin Positif dan Membangun Self-Regulation Anak
2. Kontrol Diri
Kontrol diri adalah kemampuan anak untuk menahan godaan dan tetap fokus pada tujuan yang lebih besar. Misalnya, meski ada godaan untuk bermain, anak bisa menunda dan menyelesaikan tugas terlebih dahulu.
3. Metakognisi
Poin ini adalah kemampuan untuk berpikir tentang cara belajar. Anak yang memiliki metakognisi yang baik tahu kapan mereka butuh istirahat, bagaimana cara memecah tugas yang besar menjadi bagian yang lebih kecil, dan kapan mereka perlu mencari bantuan.
Bagaimana Cara Meningkatkan Self-Regulation pada Anak?
Nah, bagaimana Ayah Bunda? Tertarik untuk meningkatkan self-regulation pada anak? Ayah Bunda dapat mencoba beberapa cara mudah berikut:
1. Bantu Anak Menetapkan Tujuan Belajar
Ajak anak untuk menetapkan tujuan belajar yang spesifik dan jelas. Misalnya, “Hari ini, kamu harus menyelesaikan 10 soal matematika dalam 30 menit.” Dengan tujuan yang jelas, anak akan lebih mudah fokus.
2. Berikan Pilihan untuk Meningkatkan Rasa Otonomi
Anak yang merasa memiliki kontrol terhadap cara mereka belajar akan lebih termotivasi. Misalnya, Ayah Bunda dapat memberikan mereka pilihan waktu dan tempat belajar yang nyaman, atau metode belajar yang mereka suka.
3. Ajarkan Pengelolaan Emosi
Ajarkan anak cara untuk menenangkan diri ketika merasa frustasi atau cemas. Teknik pernapasan sederhana atau cara memecah tugas menjadi lebih kecil bisa membantu mereka tetap tenang dan fokus.
4. Berikan Feedback yang Positif
Saat anak berhasil menyelesaikan tugas, beri mereka pujian yang tulus. Feedback yang positif akan membuat anak merasa dihargai dan semakin percaya diri untuk belajar lebih baik lagi.
5. Ciptakan Lingkungan Belajar yang Mendukung
Lingkungan yang nyaman dan bebas gangguan akan membantu anak belajar lebih fokus. Pastikan anak memiliki ruang yang tenang dan alat belajar yang cukup mendukung sehingga mereka dapat belajar dengan nyaman.
Nah, untuk poin ini, Ayah Bunda bisa dapat memberikan lingkungan belajar yang baik dan tepat bagi anak, misalnya dengan belajar di Sekolah Murid Merdeka (SMM). Sebuah sekolah yang menerapkan pembelajaran online dan offline, menawarkan berbagai program dan manfaat yang tidak hanya ditujukan untuk anak, tapi juga untuk orang tuanya melalui program ekstra yang telah dikurasi oleh tim kami.
Last but not least,
Dengan self-regulation, anak tidak hanya bisa belajar lebih fokus, tapi juga lebih siap menghadapi tantangan sehari-hari. Yuk, bantu mereka menerapkan self-regulation. Ayah Bunda dapat memulai dengan hal-hal kecil, seperti membantu anak menetapkan tujuan belajar atau mengajarkan cara mengelola emosi saat merasa frustasi.
Memang prosesnya mungkin tidak selalu mudah. Namun, dengan bimbingan Ayah Bunda, anak akan terbiasa untuk mengendalikan dirinya, tumbuh lebih percaya diri dan siap menghadapi berbagai tantangan!